adv
Senin, 12 Januari 2015
Buku Misterius
Namaku Linda. Aku sekolah di Story Schools. Kami hanya membaca dan mengarang cerita. Kali ini aku dan sahabat sahabat ku berlibur di vila. Semoga tidak menyeramkan.
“Berangkat sekarang yuk” Ajak Jane
“Yuk” Sahutku
Dalam Perjalanan, kami pun bercerita..
“Vila itu kayaknya serem deh” Ajakku membuka topik pembicaraan
“Iya sih, tapi bagaimana kalo kita selidiki?” Tanya Lila
“Tapi aku takuut..” Pekik Nada
Nada memang penakut, tapi kepintarannya luar biasa. Dan? Ia memiliki kemampuan supranatural, tapi sayangnya ia penakut.
Kami mengobrol dan…
“Eh vilanya ini ya ma?” Tanyaku pada mamaku
Aku lupa bertanya kalau aku diantar papa dan mamaku.
“Iya, sayang” Jawab mamaku
Kami pun turun dari mobil, dan menghampiri vila tersebut.
“Assalamu ‘alaikum” Ucapku
Kami pun masuk ke dalam vila tersebut. Mewah sih, tapi kelihatan angker. Karena rasa takut dan penasaran, kami memilih untuk sekamar. Untungnya kasur itu bertingkat. Tapi sayangnya, ada yang harus tidur sendiri, dan kasur di atasnya, kosong. Itu karena kita berlima. Tapi siapa ya kira kira yang mau? Ah, sudahlah.
“Hei, ada buku nih!” Seruku
“Mana, mana?” Tanya Lila
“Ini!” Jawabku sambil mengangkat buku itu
Buku ini agak tebal. Kami pun membukanya dan membacanya. Aneh. Sangat aneh.
Tulisan di dalamnya adalah:
“Kamu telah membuka buku ini. Bila kamu berjumlah ganjil, bersiap-siaplah. Kalian masing masing akan mempunyai kembaran yang dapat menipu teman teman yang lain.”
“Aneh. Bagaimana maksudnya ya?” Tanya Geby
“Aku juga bingung. Tapi aku juga takut.” Jawabku
Kami membuka halaman demi halaman, dan menemukan tulisan lagi.
Tulisannya berikut ini:
“Salah satu di antara kalian akan dimulai sebentar malam.”
“APAAA?!” Teriak Jane
“Bagaimana ya? Ah, sudahlah. Jangan dihiraukan. Makan siang yuk” Ucapku
Kami pun segera berlari ke meja makan. Dan mengeluarkan kotak makanan. Geby tidak membawa kotak makanan, jadi ia menggoreng nugget yang dibawanya.
Nyam.. Nyam…
—
Aku merebahkan diri di kasurku. Aku di kasur bawah, di atasku Jane. Di kasur kedua yaitu Nada di bagian bawah, sedangkan Geby bagian atas. Dan Lila? Ia tidur sendiri di kasur ketiga, tepatnya bagian bawah. Lila memang pemberani, ia juga sangat tomboi. Kami sibuk dengan kegiatan masing. Aku bermain tab, Jane menonton TV sampai tertawa terbahak-bahak, Nada sibuk dengan laptop, Geby membaca novel, dan Lila bermain bola di halaman.
“Eh, makan malam yuk!” Ajakku
“Ayo” Sahut mereka
Setelah makan kami mencuci piring masing masing. Setelah itu kami bermain lagi. Bosan bermain sendiri-sendiri, kami bermain permainan tangan. Macam macam deh pokoknya.
Jam 09.00
“Ngantuk nih, udah mau tidur belum?” Tanyaku
“Tidur sekarang deh, huahhmm” Jawab Jane sambil menguap
Kami pun tidur. Zzz… Zzz..
Aku terbangun dari tidurku. Aku ingin ke toilet. Glek, aku sangat kebelet. Aku melihat Geby juga ke toilet. Tapi aku cepat cepat masuk ke toilet. Fiuhh… Lega..
Karena ketakutan, aku menyalakan TV sementara. Aku juga ingin minum air putih. Setelah itu, aku masuk ke kamar. Dan apa yang terjadi? Geby masih tidur di kasur atasnya. Aku pun bertanya kepadanya.
“Geb, kamu tadi dari toilet?” Tanyaku padanya
“Nggak tuh. Kamu ngayal ya?” Jawab Geby
Glek. Lalu siapa yang ke kamar mandi tadi?
“Eh, aku bener ya, lihat kamu kok! Tapi kamu diam seribu bahasa!” Seruku
“Aku kan bilang nggak, aku jujur! Ngapain bohong? Aku nggak pernah ke toilet, KECUALI TADI SIANG. Ngerti?” Jawab Geby panjang lebar
“I.. Iya…” Ucapku merinding
‘Aku takut. Lalu tadi itu siapa? Apakah ini berhubungan dengan buku misterius itu? Ah, sudahlah, besok saja kita lihat’ Batinku
Zzz..Zzz..
Keesokan Harinya
“Jane, kamu tahu nggak, tadi malam, aku melihat Geby ke kamar mandi, tapi pas aku masuk ke kamar dia masih tidur. Aneh kan?”
Ceritaku pada Jane
“Iiihh, itu mah bukan aneh, tapi sereenmm…” Kata Jane
“Tapi… Eemm… Menurutku itu berhubungan dengan…” Belum selesai Nada bicara, tiba tiba..
“Buku misterius itu!” Pekikku bersamaan dengan Jane
“Yaa, itu.. Benar..” Jawab Nada
“Selidiki aja!” Ajak Lila
“Tapi… Nada?” Tolakku
“Enggak apa apa kok” Jawab Nada
“Ya udah” Ucapku
Kami pun ke kamar untuk mengambil buku tersebut. Dan tulisan seperti ini muncul dengan sendirinya.
Ini tulisannya:
“Satu di antara kalian akan mendapatkannya sebentar. Satu di antara kalian sudah mendapatkannya.”
“Heh, berarti bener dong?” Tanyaku
“Eh, iya” Jawab Geby
“Aduh, aku dag-dig-dug nih, siapa sih?” Tanya Jane
“Mana kutahu,” Jawabku
“Sudah deh,” Ucap Geby
Kami pun beranjak untuk makan pagi. Tadi baru jam 07.00. Sekarang jam 08.00.
“Teman teman, aku mau naik ke lantai atas dulu deh. Kalian mau ikut?” Ajak Lila
“Nggaak…” Tolak kami semua
Lila pun sampai di lantai atas.
“Ah, begini gak serem, apanya sih yang serem?” Kata Lila
Tiba tiba…
“Lila” Panggil seseorang
“Hah? Eh, Jane, katanya gak mau ikut,” Jawab Lila
“Tadi mau kok” Kata Jane
“Oh. Ya udah. Tapi aku mau turun sekarang. Bye!” Ucap Lila
Lila pun turun dari tangga tersebut. Tetapi ada sesuatu yang aneh.
“Kenapa… Kok… Lho… Kenapa… Ke…Napa… Jane ada disini?” Ucap Lila terbata-bata
“Heh? Aku memang disini kok!” Jawab Jane
“Masa sih… Tapi tadi kan, kamu ada di atas… Tadi kan kamu yang manggil aku… Terus aku nanya, ‘Heh? Katanya tadi gak mau naik?’ Terus kamu menjawab, ‘Tadi mau kok’ Kamu menjawab, memanggil tanpa tanda titik, koma, ataupun seru! Tapi… Apa benar kamu tadi hanya di bawah?” Tanya Lila bercerita panjang lebar
“Iya! Bener kok! Aku gak kemana-mana! Tanya aja sama Linda!” Antusias Jane
“Linda, bener gak, tadi waktu aku naik, Jane ada disini?” Tanya Lila padaku
“Iya, benar.” Jawabku
“Be.. Berarti… Itu… Haah… Ya, tidak apa-apa…” Ucap Lila
“Yah, begitulah…” Pendapatku
“Coba kita lihat lagi buku itu.” Ajak Lila
Kami pun masuk ke kamar.
“Tulisan Lagi!” Ucapku
Bunyinya seperti ini:
“Aku lupa memperkenalkan diriku pada kalian. Oh ya, kalau kalian berani, panggil saja aku penggenap. Aku adalah penghuni villa ini. Kalian kan, pernah kesini, dan mengalami kejadian aneh. Masih ingat? Aku akan ceritakan.
Waktu itu, kalian menginap disini. Masih kecil, kelas 1 SD. Dan kalian masih bertujuh.
Orangtua kalian ikut. Ada sebuah kamar di atas. Ibu salah satu teman kalian melarang untuk naik kesana. Entah kenapa. Tapi dia hanya menghiraukan larangan tersebut. Ia pun naik ke atas, bersama teman yang satu lagi. Kamar itu adalah kamar milikku. Teman kalian itu, menggedor-gedor pintu, padahal, terkunci. Teman kalian itu pun menembus pintu. Dan setelah mereka berdua pulang dari villa ini, mereka lenyap. Entah kecelakaan, ataupun sakit parah. Jika kalian tidak ingin kehilangan teman kalian, kalian harus memberanikan diri melewati diriku yang menyamar menjadi salah satu dari kalian, dan itu terjadi bila ada salah satu dari kalian berpergian sendiri. Tiga lagi yang harus kalian lewati. Satu hal yang kuperingatkan pada kalian yaitu JANGAN PERNAH MEMAKAI KEKUATAN SUPRANATURAL DI VILLA INI!
Jika kalian melanggarnya, kalian akan mendapat suatu kutukan. Satu lagi yang kuperingatkan. JANGAN PERNAH TINGGAL SENDIRI DI VILLA INI!!!
Jika beberapa dari kalian meninggalkan villa ini, dan menyisakan salah satunya, aku akan mengambil tubuhnya. Dan arwahku akan disana selama-lamanya. Jangan masuk ke kamar di atas. BERBAHAYA!
Dan Jika kalian ingin berbicara padaku, datangalah ke kamar bawah, di dekat televisi. Tapi jangan dengan berjumlah ganjil! Aku sangat membenci angka ganjil!
Berhati-hatilah. Kalian akan mendapatkan tipuan tipuan seperti darah, pisau, dan lain lain. Pada salah satu tipuan tersebut ada yang asli. Ciri cirinya yaitu mempunyai cahaya di sekelilingnya. Jangan pernah berteriak melihat tipuan itu. Bila tipuan itu asli, segeralah berkata ‘Tolong, penggenap’ 3 kali.
Kalian semua sudah mengerti sekarang. Bila kalian melanggar di antara atau semua peraturan tersebut, kalian akan mendapat kesialan, kecelakaan dan maut. Maka tepatilah peraturan tersebut!”
“Fiuhhh… Capek banget bacanya…” Kataku
“Iya, ya,” Sahut Nada
Pagi Harinya
“Ah… Segar…” Gumamku sambil mencuci muka
Aku pun mematikan keran air. Baru berjalan 5 langkah, tiba tiba… Keran air menyala kembali. Padahal aku tak pernah menyalakannya. Deg. Mungkin… Tipuan. Ya, benar, itu tipuan. Tidak ada cahaya di sekitarnya.
“Jane” Panggil seseorang
“Apa? Eh, Nada ya? Mau ngapain?” Tanya Jane pada Nada
“Ke toilet” Jawab Nada singkat
“Oh” Jawab Jane kembali
—
“Makanannya enak ya,” Gumamku
“Eh Nada, tadi pagi, tumben kamu bangun pagi, ke toilet.” Tanya Jane
“Hah? Seingatku, aku nggak pernah ke toilet. Jam 08.00 sih, tapi mandi.” Jawab Nada
“Apaaa?! Wah, pasti itu si penggenap.” Ucap Jane
“Oooh, pasti, kalo bukan siapa lagi,” Kata Nada
—
Kami sudah merebahkan diri di kasur masing masing. Tapi Geby ingin mengambil makanan di kulkas.
“Wafer, Susu, hmmm itu aja deh” Gumam Geby
Brakk.. Krakk..
“Heh? Ooo.. Linda ya.. Tumben kamu pengen ngemil…
Linda ‘penggenap’ tidak berkata sepatah kata pun.
Di Kamar
“Li… Linda… Kamu tadi ngambil makanan di kulkas ya?” Tanya Geby terbata-bata padaku
“Enak aja, nuduh orang ngambil makanan sembarangan…!” Jawabku membentak
“I… Iya kok… Peng… Penggenap.. Pastinya…” Gumam Geby
—
“Lalala…” Senandung Nada sambil berlari pagi
Baru kali ini ia bangun pagi, jadi ia mencoba untuk berlari pagi.
“Hai Lilaa.. Kamu lari pagi juga ya…” Gumam Nada
“Pagi” Jawab Lila
Wajahnya terlihat aneh, ia sangat lemah, tidak seperti biasanya. Padahal ia selalu semangat.
Setelah Lari Pagi
“Lil, enak banget yah, lari tadi pagi…” Tanya Nada pada Lila
“Hehh? Kamu ngayal yah? Aku kan bangun jam 07.30,” Jawab Lila
“Aaa… Aha! Berarti itu penggenap…” Sahut Nada, rasa takutnya sudah hilang dari dirinya
“Sudah semua kan? Berarti ini yang terakhir… Mungkin… Sudah tidak ada lagi…” Ucapku senang
“Tidak secepat itu,” Ucap seseorang
“Penggenap? Kau kah itu?” Tanyaku
“Ya, benar” Jawabnya
“Kalian tidak ingat? Masih ada tipuan tipuan yang menghantui kalian… Dan, jika kalian berhasil menemukan yang asli… Kalian akan berhasil lolos dari sini…” Kata si penggenap
“Terima kasih, penggenap..” Ucapku pada penggenap itu..
—
“Seger banget nih… Mandi…” Gumamku
Tess… Tess… Ada yang menetes. Apakah itu?
“Da.. Darah… Tidak apa-apa..” Ucapku
Aku memperhatikan lebih jelas. Ternyata benar adalah tipuan. Tidak ada cahaya sama sekali di sekitarnya… Aku pun keluar dari kamar mandi dan segera berpakaian.
Di Kamar Penggenap
“Penggenap, aku ingin bertanya, berapa kalikah tipuan itu muncul?” Tanyaku
“Kemungkinan… 3 kali…” Jawab si penggenap
“Oh… Terima Kasih..” Ucapku
Aku pun berlari dari kamar tersebut. Aku segera memberitahukan teman teman ku bahwa jika melihat tipuan menyeramkan, yang tanpa cahaya di sekitarnya, jangan berteriak. Teman teman ku hanya ber’oh’ dan ‘oke’.
—
“Aku masak dulu yah,” Tanya Geby pada kami
“Boleh” Sahut kami
Cshhh…
Trekk.. Krekkk…
Pisau pisau menancap di tembok dapur. Sontak saja Geby kaget tanpa berteriak dan mengatakan.
“Tolong, penggenap, tolong penggenap, tolong, penggenap.” Ucap Geby sambil menangis
Tak lama kemudian, pisau pun menghilang dari dinding. Isakan Geby pun berhenti. Ia kembali ke kamar.
“Geby? Kok kayak habis nangis?” Tanyaku pada Geby
“Iya… Aku menangis bahagia dan ketakutan… Ketakutan itu… Tadi ada pisau menancap di dinding dan bercahaya… Bahagia itu… Tipuan sudah berakhir…” Jawab Geby
Hari ini terakhir kami berlibur. Selanjutnya? Kami akan jalan jalan bersama keluarga dan di rumah. Kami tidak akan melupakan pengalaman ini, selamanya. Kami sangat senang dan bahagia sekarang.
TAMAT
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar